Selasa, 11 Februari 2014

MRI

Definisi Menurut David D. Stark, Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang pemeriksaan diagnostik radiologi yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh/organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen.

Pemeriksaan MRI dilakukan tanpa operasi, penggunaan sinar-X ataupun bahan radioaktif. MRI menggunakan medan magnet untuk proses magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air di tubuh.
MRI mampu menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh.  

Sejarah  MRI
Penemuan MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan terobosan penting dalam sejarah kedokteran modern. Pada tanggal 3 Juli 1977 menandai awal mula sejarah pemeriksaan MRI pertama pada manusia setelah melewati masa tujuh tahun penelitian oleh dr. Raymond Damadian dan rekannya Minkoff serta Goldsmith. Saat itu, untuk mendapatkan satu gambar MRI memerlukan waktu pemeriksaan sekitar lima jam. Perbedaannya sangat signifikan dengan MRI saat ini yang hanya memerlukan waktu 30-90 menit.  

Jenis MRI
Bila ditinjau dari tipenya terdiri dari:
a. MRI dengan kerangka terbuka (open gantry) yang memiliki ruang luas
b. MRI dengan kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.
Sedangkan bila ditinjau dari kekuatan magnetnya terdiri dari :
a. MRI Tesla tinggi ( High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T
b. MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 – T
c. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T.  

Prinsip kerja
Pertama, putaran nukleus atom molekul otot diselaraskan dengan menggunakan medan magnet yang berkekuatan tinggi. Sebelumnya, struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia di luar medan magnet mempunyai arah yang tidak beraturan. Ketika dimasukkan ke dalam alat MRI (gantry), maka atom hidrogen akan sejajar dengan arah medan magnet. Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah medan magnet.
2. Kemudian,frekuensi radio diberikan pada garis medan magnet agar sebagian nukleus hidrogen bertukar arah. Saat diberikan frekuensi radio, maka atom hidrogen akan mengabsorpsi energy dari frekuensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom hidrogen akan mengalami pembelokan arah. Besarnya pembelokan arah dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi radio frekuensi yang diberikan.
3. Setelah itu, frekuensi radio dihentikan. Hal ini menyebabkan nukleus kembali pada susunannya semula. Pada saat kembali inilah, atom hidrogen akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor khusus dan diperkuat.
4. Sinyal ini lalu dicatat dan data yang dihasilkan akan diproses oleh komputer untuk menghasilkan gambar otot. Sinyal ini kemudian diolah dan direkonstruksikan berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.
5. Dengan ini, ciri-ciri anatomi yang jelas dapat dihasilkan.

Pada pengobatan, MRI digunakan untuk membedakan otot patologi seperti tumor otak dibandingkan otot normal.  

Instrumen  Instrumen MRI terdiri dari:
a.    Sistem magnet yang berfungsi membentuk medan magnet.
Agar dapat mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu mengetahui tentang: tipe magnet, efek medan magnet, magnet shielding, serta shimming coil dari pesawat MRI tersebut.
b.    Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan coil, yaitu:
-    Gradien coil X, untuk membuat citra potongan sagittal.
-    Gradien coil Y, untuk membuat citra potongan koronal.
-    Gradien coil Z untuk membuat citra potongan aksial .
Bila gradien coil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk potongan oblique.
c.    Sistem frekuensi radio berfungsi membangkitkan dan memberikan radio frekuensi serta mendeteksi sinyal.
d.    Sistem komputer berfungsi untuk membangkitkan sekuens pulsa, mengontrol semua komponen alat MRI dan menyimpan memori beberapa citra.
e.    Sistem pencetakan citra, fungsinya untuk mencetak gambar pada film rontgent atau untuk menyimpan citra.  

Jenis Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya : Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada: kelenjar pituitary, lobang telinga dalam, rongga mata, sinus. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi: stroke/infark, gambaran fungsi otak, pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor, infeksi, trauma, kelainan bawaan. Pemeriksaan Musculo-skeletal untuk organ: lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, pergelangan kaki, kaki, untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati, ginjal, kantong dan saluran empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli. Pemeriksaan Thorax untuk melihat: paru –paru, jantung.   Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu : MRI lebih unggul digunakan untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal. MRI mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.

MRI mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan. MRI mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien. sehingga sangat sesuai untuk diagnostik jaringan lunak MRI tidak menggunakan radiasi pengion. MRI hanya menggunakan medan magnet kuat dan radiasi tidak mengion “non-ionizing MRI tidak memberikan rasa sakit akibat radiasi karena tidak digunakannya sinar-X dalam proses tersebut.

Rabu, 22 Januari 2014

KENDALI MUTU RADIOLOGI

Quality Control
Kendali Mutu (QC) adalah didefenisikan sebagai bagian dari program Jaminan Mutu (QA) yang mana menitik beratkan aktifitas program nya pada  teknik-teknik yang diperlukan bagi pengawasan (monitoring), perawatan dan menjaga (maintenance) elemen-lemen teknis dari suatu sistem peralatan radiografi dan imejing yang mempengaruhi mutu gambar . Selaras dengan defenisi yang di kemukakan oleh Bushong (2001),  bahwa Kendali Mutu adalah sebagai suatu program yang didisain  untuk menyakinkan bahwa seorang dokter spesialis radiologi (Radiologist) hanya akan dihadapkan pada  pembacaan (interpretasi) gambar yang optimal. Diperolehnya gambar optimal adalah  tidak dapat dipisahkan dari kondisi  kinerja sistem peralatan sinar-x yang yang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan radiologis. Oleh karenanya  kinerja dari sistem peralatan sinar-x hendaknya memematuhi regulasi standar yang berlaku.
QC dimulai dari alat-alat X ray yang digunakan untuk menghasilkan gambar dan dilanjutkan dengan penilaian secara rutin pada kegiatan prosesingnya. Pada hasil akhirnya QC untuk melihat adanya defisiensi, artefak dan penyebab-penyebabnya untuk digunakan meminimalkan pemeriksaan ulang.
Ada juga kegiatan QC meliputi :
·         Acceptance test.
·         Commissioning.
·         Monitoring
·         Maintenance atau pemeliharaan.
Acceptance test.
Dilakukan setelah alat di instal dan dikerjakan oleh penyedia barang dan fisikawan medik rumah sakit setempat untuk mengkonfirmasi bahwa alat-alat tersebut telah sesuai dengan spesifikasi teknik nya yang telah disetujui oleh pihak penyedia barang dan pembelinya.
Setiap alat radiologi yang baru baik pesawat X ray maupun sistem prosesingnya sebaiknya di acceptance test sebelum di gunakan kepada pasen atau aplikasi kliniknya.
Commmissioning test merupakan suatau proses perolehan seluruh data dari alat-alat radiologi untuk ditetapkkan alat-alat tersebut yang dapat digunakan secara klinik pada spesifikasi departemen tersebut. Commissioning test ini akan memberikan nilai-nilai baku atau baseline values untuik QC prosedur.
Tim Input atau tim pelaksana.
·         Spesialis Radiologi.
·         Fisikawan medik.
·         Radiografer
·         Administrator.
Prosedur QC dapat meliputi.
·         Kwalitas gambar.
·         Analisa reject Film.
·         Kamar gelap, image receptors dan processing.
·         Training staf dan updating.
·         Audits.
Parameter-parameter yang akan di periksa :
  1. Beam Alignment and Collimator Accuracy
  2. Radiation output and linearity of mR/mAs versus kV   (Large and small FS
  3. Assessment of Total Beam Filtration (HVL)
  4. Assessment of Focal Spot size
  5. Accuracy and constancy of Exposure Timer
  6. Measuring of Scattered Radiation (using Water Phantom)
  7. Leakage Radiation from X-Ray tube
2.2 Quality Control Pesawat Konvensional
A.  X-Ray Tube (Collimator and beam alignment test, focal spot test)
a.       Uji kolimator dan beam alignment
Kolimator atau sering disebut dengan Light Beam Diaphragm (LBD), diperlukan radiografer untuk memberi panduan bagi dirinya agar mengetahui arah pusat sinar dan ukuran luas lapangan radiasi yang akan dipergunakan dalam pemotretan radiografi. Dengan alat bantu yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari tabung sinar-x ini, radiografer akan dengan mudah mengarahkan pusat sinar-X atau membidikan titik bidik bagi suatu pemotretan radiografi. Uji kinerja terhadap kolimator sangat diperlukan guna meyakini keakuratan kerjanya. Pengukuran-pengukuran terhadap keseuaian luas lapangan cahaya kolimator dengan luas lapangan radiasi, ketepatan jatuhnya titik bidik dari pusat sinar-X pada pertengahan lapangan sinar-X akan menunjukan ujuk kerja (performance) dari kolimator suatu tabung sinar-X.
1)      Frekuensi :
-         Setiap setengah tahun (semiannually)
-         Setiap selesai perbaikan fisik terhadap system kolimasi sinar
-         Bila diperlukan
2)      Alat yang digunakan:
-         Sebuah kaset sinar-x ukuran 18 x 24 cm yang sudah terisi film
-         Collimator and Beam Alignment Test Tool (Alat Uji Ketepatan Kolimator dan Berkas Sinar-X) buatan pabrik atau alat sederhana berupa 8 koin atau paper clips
-         Marker Pb atau 9 koin
3)      Metode:
-         Pastikan bahwa meja datar dan CR 90° (Tegak Lurus) permukaan meja pemeriksaan (gunakan waterpass)
-         Tempatkan Collimator and Beam Alignment Test Tool  di atas kaset yang terisi film diatas meja pemeriksaan
-         Pastikan plat uji berada ditengah kaset dan bola baja pada silinder berada dipertengah plat tersebut, perhatikan marker titik hitam pada plat berada pada searah posisi bersebelahan dengan petugas
-         Atur FFD (SID) 100 cm dan nyalakan lampu kolimator dengan menentukan CP pada pertengahan plat/bola baja pada silinder
-         Atur kondisi pemotretan kurang lebih pada kV 57 dan mAs 10, atau kondisi pemotretan yang menghasilkan densitas optik cukup dapat dilhat oleh mata
-         Proses film
-         Catat data yang diperoleh
4)      Evaluasi :
-         Analisa film hasil uji kolimator untuk masing-masing variasi yang mungkin terjadi pada shutter kolimator pada sumbu X dan Y. Kolimator direkomendasikan baik bila variasi dari parameter shutter X dan Y lebih kecil dari 2 % FFD yang digunakan pada saat pengujian
-         Analisa pada film yang sama untuk variasi yang mungkin terjadi pada ketepatan pusat berkas sinar (beam alingment accuracy). Perhatikan bila gambaran bola baja yang berada pada posisi bagian atas silinder masih berada dalam radius 3 derajad maka dapat dikatakan bahwa kondisi pusat berkas sinar masih konsisten berada ditengah-tengah luas lapangan sniar.
5)      Tindakan:
-         Perbaiki atau menghubungi teknisi
-         Tes kembali
-         File laporan
b.      Evaluasi/estimasi ukuran Focal spot
Metode :
 Alternatif  Metode selain Menggunakan Koin :
Ø      Gunakan 4 (empat) buah paper clips, masing-masing dibentuk sudut 90° (L)
Ø      Tempatkan paper clips pada kempat sudut/pojok lapangan cahaya kolimator
Evaluasi :
Ø      Untuk ketepatan yang sempurna, lapangan cahaya lampu kolimator (dimana kedua koin ditempatkan) harus sejajar / berimpit dengan lapangan sinar-X
Ø      Daerah yang disinari tidak boleh lebih besar dari daerah cahaya tampak
Ø      Pada FFD 100 cm ketidaktepatan kolimator tidak boleh lebih dari 10 mm atau 1 % (batas  toleransi)
Tindakan :
Ø      Jika ketidaktepatan tidak dapat diterima harus dilakukan perbaikan
Ø      Hubungi teknisi pesawat sinar-X

B.  Uji Ketepatan CR pada pertengan Bucky (Grid alignment test)
Jika berkas sinar-X tidak benar-benar tepat pada pertengahan bucky, maka densitas gambar yang dihasilan tidak merata
6)      Frekuensi :
-         Setiap tahun (annually)
-         Setiap selesai perbaikan/penggantian fisik terhadap Bucky-system
-         Bila diperlukan
7)      Alat yang digunakan:
-         Sebuah kaset 24 x 30 cm diisi dengan film
-         Bucky / Grid Alignment Test Tool
-         Pesawat sinar-X yang akan di uji
8)      Metode:
-         Sebuah kaset 24 x 30 cm diisi dengan film
-         Hidupkan bucky
-         Tempatkan kaset melintang pada bucky tray
-         Atur FFD 100 cm
-         Atur CR pada pertengahan bucky
-         Tempatkan test tool melintang diatas meja pemeriksaan, dimana lubang paling tengah tepat dipertengahan bucky.
-         Atur kolimator selebar lubang
-         Tutupi lubang lain dengan Pb
-         Lakukan ekspose
-         Jangan pindahkan test tool
-         Geser tabung (off center) sehingga CP pada lubang berikutnya
-         Atur Pb penutup sehingga lubang tersebut tidak tertutupi, kecuali lubang yang tidak diekspos
-         Lakukan prosedur serupa hingga ke enam lubang terekspos
-         Proses film
9)      Evaluasi:
-         Densitas pada lubang yang paling tengah harus paling tinggi, lubang disisi kanan kirinya sedikit lebih terang tetapi sama keduanya. Kedua lubang paling luar sedikit lebih terang lagi tetapi densitasnya sama pada keduanya.
10)  Tindakan:
-         Jika densitas lubang tidak sesuai parameter diatas, ketepatan tube harus dicek
-         Jika hal ini ada masalah panggil teknisi
-         Buat laporan

C.  Generator performance (kV, mA linearity, second, reproducibility X-Ray, HVL Test)
Generator adalah salah satu dari elemen dari sistem pembangkit sinar-X. Ketidak konsistensian produksi/keluaran sinar-X dari tabung sinar-X yang dibangkitkan oleh suatu generator pembangkit, sangat dipengaruhi oleh parameter teknis antara lain  kualitas tegangan suplai, kV, mA dan waktu. (t). Besarnya keluaran radiasi yang tidak konsisten akibat akibat dari kinerja parameter teknis yang tidak baik berpengaruh langsung terhadap variasi-variasi baik kualitas gambar, kualitas atau kuantitas radiasi yang diproduksi dan dosis.  
Untuk itu sangatlah penting memonitor parameter-parameter tersebut khususnya

2.3.   QC peralatan fotografik
    Sensitometri:
Dalam sensitometri dikenal 2 (dua) metode, yaitu sebagai berikut :
                                                                                       i.      X-ray Sensitometry adalah metode mengukur karakteristik respon film yang diekspose dengan menggunakan sinar-X (X-ray)
                                                                                     ii.      Light Sensitometry adalah metode mengukur karakteristik respon film yang diekspose dengan cahaya tampak (light)
 
Densitas (D)
Dapat didefinisikan sebagai jumlah penghitaman pada film
Densitas diperoleh dari perbandingan antara intensitas cahaya yang diteruskan dengan intensitas cahaya mula-mula.
Sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Keterangan :
D   : Densitas
It    : Intensitas cahaya yang diteruskan
Io   : Intensitas cahaya mula-mula 


Opasitas (O)
Opasitas adalah perbandingan antara intensitas cahaya mula-mula dengan intensitas cahaya yang diteruskan.
Sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Keterangan :
O   : Opasitas
It    : Intensitas cahaya yang diteruskan
Io   : Intensitas cahaya mula-mula 
Optikal Densiti (OD)
Adalah logarithma opasitas, sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Optikal densiti diperoleh dari logaritma opasitas, sehingga sangat mudah dimanipulasi secara matematik.
Hubungan antara densitas, opasitas dan transmisi dapat dilihat pada ilustrasi sebagai berikut :
Densitas 1 + Densitas 1 = Densitas 2

         1
      2
      3

Transmisi
10 %
1 %
0.1 %
Opasitas
10
100
1000
Silver Weight
X
2X
3X

Opasitas
OD number
Percentace of light transmitted through the film

1
2
4
8
10
20
40
80
100
200
400
800
1000
2000
4000
8000
1000

0.0
0.3
0.6
0.9
1.0
1.3
1.6
1.9
2.0
2.3
2.6
2.9
3.0
3.3
3.6
3.9
4.0

100
50
25
12.5
10
5
2.5
1.25
1
0.5
0.25
0.125
0.1
0.05
0.025
0.0125
0
3)      Administrasi program QC
a.    Matrik kalender pengujian kinerja peralatan
b.    Dokument dan arsip:
1.      Spesifikasi tertulis peralatan
2.      Rekam data kuantitatif hasil uji kinerja
3.      Standard referensi kepatuhan untuk jenis uji kinerja
4.      Prosedur dan ketetapan/kebijakan:
a)      Equipment Appraisal Procedures

b)      Equipment Replacement Procedures

b.      Program Analisa pengulangan-penolakan film (Repeat-Reject film Analysis):
1)      Standardisasi eksposi radiasi sinar-X
a.      Radiographic positioning,
b.      Loading factors dan,
c.      Entrance-Skin-Exposure (ESE).
2)      Kriteria Radiografi yang diterima secara klinik
3)      Repeat-Reject Film Analysis
Kualitas gambar (image quality) dari suatu radiograf hasil olahan adalah ditentukan oleh kualitas atau kinerja fasilitas pengolahan film (manual/otomatik). Olehkarena nya evaluasi dan monitoring terhadap unjuk kerja sistem pengolahan film, khususnya pada alat pengolah film otomatis (processor) perlu dikerjakan seara rutin dan berkesinambungan dalam rangka mempertahankan kualitas gambar secara konsisten dari waktu ke waktu melalui program monitoring, menjaga kebersihan sistem prosesing dan perawatannya.
1) Frekuensi :
-         Setiap hari (daily)
-         Setiap selesai perbaikan/penggantian sistem kompoen processor
-         Bila diperlukan
2) Alat yang diperlukan :
-         Sensitometer (bila pembuatan film strips tidak dengan sinar-X) atau Step Wedge Alumunium 1100 alloys (bila pembuatan film strips dengan sinar-X)
-         Densitometer
-         Digital thermometer/pH meter
-         Film sinar-X (blue/green sensitive)
-         Kaset sinar-X (bila pembuatan film strips dengan Stepwedge Alumunium)
-         Lembaran kerja berupa processor controlchart, alat tulis dan kalkulator
-         Processor yang diuji (dapat lebih dari satu)
3) Metode:
-         Aktivitas  larutan kimia processor harus di chek setiap pagi sebelum pekerjaan dimulai
-         Ukur suhu dan pH dari masing-masing larutan kimia yang ada dengan termometer dan pH meter digital dan catat
-         Gunakan sensitometer atau stepwedge, untuk membuat film strip pada bagian tepi kanan dan kiri dari 3 lembar fresh film ukuran 18 x 24 cm dari box dengan nomor Bach yang sama (tahap awal untuk menentukan baseline data).
-         Bila menggunakan sensito meter, perhatikan atau pilih emisi cahaya tampak yang sesuai dengan sensitivitas film yang digunakan (Green/blue sensitives)
-         Yakinkan bahwa ketika membangkitkan semua film strip yang sudah dicetak dengan sensitometer, harus dengan arah yang sama. (light strep area-first) guna menghindari terjadinya efek Bromide drag yang mempengaruhi bacaan densitas optis oleh densitometer
-         Ukur semua data film strip yang ada (6 buah film strip) dengan densitometer, dan tentukan step-step untuk Density differece (DD), Median Density (DD) dan Base+Fog Density (B+F).  Gunakan 3 parameter kinerja ini sebagai data awal monitoring processor sebagai pembanding bagi data harian selanjutnya untuk meliha fluktuasi kinerja
-         Plot data harian seluruhnya dari ketiga parameter kinerja tersebut kedalam lembaran kerja berupa processor control chart
-         Bila ada kejadian-kejadian yang istimewa sekaitan dengan unjuk kerja processor, berikan catatan-catatan khusus dalam lembar kerja.
4) Evaluasi:
-         Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan variasi plotting data pada chart berdasarkan standar yang direkomendasikan sebagai berikut:
-         Upper Control Level (UCL) dan Lower Control Level (LCL) untuk DD ± 0.1
-         Upper Control Level (UCL) dan Lower Control Level (LCL) untuk B+F  ± 0.05
-         Mid Density  ± 0.1 di atas B+F level
-         Analisa, gunakan tabel processor troubleshooting berikut ini:
Problem processor
Trend dalam grafik
Penampakan pada gambar
Aksi korektiv
Darkroom yang tidak aman
B+F naik tajam dengan suatu penurunan yang tibe-tiba pada nilai indikator kontras tetapi tidak ada perubahan suhu developer
Fog level meningkat
Chek filter sfelight, chek kebocoran cahaya dalam kamar gelap, chek kesesuaian jenis safelight dan jenis film, chek kondisi-kondisi penyimpanan film
Suhu developer terlalu tinggi
Speed dan kontras indikator meningkat tajam, dengan sedikit kenaikan pada B+F
Densitas optik yang berlebihan
Chek suhu air yang masuk ke dalam processor, atau setting thermostat dari developer
Suhu developer terlalu rendah
Sedikit penurunan dalam B+F di ikuti dengan penurunan yang tajam pada  speed dan kontras indikator
Densitas optik yang sangat rendah
Chek suhu air yang masuk ke dalam processor, atau setting thermostat dari developer
Konsentrasi developer atau pH nya yang sangat tinggi
Sama denga kejadian bila suhu developer terlalu tinggi
Densitas optik yang berlebihan
Chek replenishment rates dan atau chek pencampuran dari larutan-larutan kimia segar
Konsentrasi developer atau pH nya yang sangat rendah
Sama denga kejadian bila suhu developer terlalu rendah
Densitas optik yang sangat rendah
Chek replenishment rates dan atau chek pencampuran dari larutan-larutan kimia segar
Kekurangan replenishment
Penurunan secara gradual  dari kontras dan speed indikator, sementara B+F dan suhu developer normal
Peningkatan fog level dan penurunan secara umum dari nilai densitas optik
Chek replenishment rates
Kelebihan replenishment
Terjadi peningkatan nilai B+F dan speed indikator dengan kontras indikator mengalami penurunan
Peningkatan fog level dan penurunan kontras gambar
Chek replenishment rates
Developer teroksidasi
Sedikit kenaikan pada nilai B+F dan ada penurunan pada nilai speed dan kontras indikator
Kehilangan kontras gambar
Cuci tangki developer dan buat larutan barunhya. Tambahkan larutan starter dalam perbandingan yangtepat

2.4 Program  analisis pengulangan dan penolakan Radiograf
Objective
•         Mengetahui definisi  “analisis reject dan repeat” Program
•         Mengidentifikasi tujuan RAP
•         Mengidentifikasi penyebab pengulangan dan penolakan film
•         Melakukan prosedur RAP
•         Melakukan perhitungan analisis RAP
•         Tujuan utama dalam program Quality Control adalah menekan jumlah film yang ditolak (rejected) dan diulang (repeated)
•         Upaya membatasi terjadinya pengulangan dalam pembuatan radiograf  secara nyata akan membatasi bertambahnya radiasi pada pasien
Reject Analisis Program ?
Metoda yang digunakan oleh Departemen Radiologi untuk menentukan
•         Analisis film yang ditolak
•         Efektivitas biaya
•         Konsistensi Staff dan equipment dlm menghasilkan radiograf yang berkualitas
Tujuan RAP
•         Memastikan standar yang tinggi pada teknik radiografi dan pemanfaatan film darat terjamin pada unit radiologi
•         Memastikan peralatan radiografi dapat dimanfaatkan secara konsisten dengan standar yang tinggi
•         Memastikan bahwa bahan - bahan yang ada digunakan secara efektif (cost effective way)
•         Menyediakan data untuk digunakan dalam menganalisis film yang direject dan aspek-aspek penyebab yang membutuhkan  perhatian
•         Sebagai perencanaan awal dari QC program
Faktor-faktor penyebab pengulangan dan penolakan
•         Positioning
•         Patient motion
•         Light films
•         Dark Films
•         Clear Film
•         Fog -- Darkroom
•         Fog -- cassettes
•         QC
•         Miscellaneous
Keterampilan Technologist
dlm QC ?
•         Kesadaran Technologist sangat penting dlm RAP
•         Keterampilan dalam mencegah terjadinya reject dan repeat film
•         Kesadaran dlm menekan beban radiasi thd pasien
Keterampilan yg diperlukan
•         Komunikasi yang efektif thd pasien
•         Immobilisasi
•         Pembatas sinar (kolimator, diafragma, konus)
•         Filtrasi
•         Alat-alat pelindung radiasi
•         Prosesing radiografi

•         Kombinasi film - intensifying screen
•         Grid radiografi
•         Faktor penyinaran
•         Pengulangan radiograf
   Penyebab utama -- posisi pasien (55%)
                                  penyinaran    (34%)
Menghambat  ???
•         Determinasi genetis (pengetahuan sebelumnya)
•         Determinasi psikis (kebiasaan)
•         Determinasi lingkungan (kebijakan)
Prosedur
Lakukan survey terhadap
1. Jumlah film yang belum terekspose di 
    ruang prosesing termasuk dlm kaset.
2. Jumlah film yang belum terekspose di
    masing-masing ruang pemeriksaan
Tentukan jumlah dari film yang di reject untuk
     masing-masing kategori overexposure
–        underexposure
–        positioning
–        motion
–        processing
–        equipment
–        miscellaneous (keslahan yg tdk teridentifikasi)
Masing-masing ruang mencatat jumlah film yang digunakan dan jumlah film yang ditolak
5. Tim analisis melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruang seminggu sekali,
    film yang ditolak disortir dan dilakuakan kategorisasi
    (jika memungkin dilakukan identifikasi tiap pemeriksaan
Repeated Vs. Rejected Rates
•         Repeated rate :
                       Numbers of film Repeated for patients
 =          ---------------------------------------------------------------------------------    X  100 %
               All the films used only for patients within period of interest

•         Rejected rate :

          Numbers of film Rejected not for patients (lost,`QC films. etc)    
       = ----------------------------------------------------------------------------------       X 100 %
          All the films used by the department within period of interest

Total Repeated/Reject Rate
                                                                 Rejected films or (+ Repeated films )
 =    ---------------------------------------------------------------------------------------------------  X 100 %

       Seluruh film yg di pakai oleh department dalam suautu periode waktu tertentu  period of interest